PEMIKIRAN TAFSIR SAYYID QUTHUB DALAM FI DZILAL AL-QUR'AN
Kata Kunci:
Regime, politics, western, ideologyAbstrak
Sayyid Qutb, a famous Islamic thinker with traditional conservative variants. Sayyid Qutb became interested in Al-Qu'an from an early age, then spanning a period of intellectual over a period of two different political regimes, which have ties with the colonial West. Sayyid Qutub offers a new method to understand the Qur'an, there are at least two things that the footing. First, the understanding of the Qur'an is done through a reference history and the companions of the prophet, Second, he uses intuition to understand the text. The work done by Sayyid Qutb in interpreting the Qur'an is closely related to the situation that developed in his time, as at that time the Muslims face the challenge of the West, either in the form of philosophy or ideology that developed, so as to respond to the influence of them, Sayyid Qutb tried to make Islam as an ideology. This is the one affecting the interpretation methods, especially in interpreting lafadz at-taghouts.
Referensi
Lihat Fahd Ar-Rumi, Ittijahaat at-Tafsir fi al-Qarni Al-rabi' al-Asyra, (Al-Mamlakah al-Arabiyah: 1986) Juz III juga lihat Ensiklopedi Islam, hal 1039
Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah suatu organisasi pergerakan yang didirikan oleh Hasan Al-Banna pada Maret 1928. Hal yang mendorong Hasan Al-Banna mendirikan perhimpunan ini adalah suasana kehidupan keagamaan yang diaiami bangsa Mesir pada waktu itu. Sejak 1882, Mesir berada di bawah penjajahan Inggris. Dan sejak itu pula budaya barat telah melanda Bangsa Mesir dalam kehidupan mereka. Lebih jauh dari itu, kesadaran beragama merekapun mulai menurun. Maka uatuk menumbuhkan sesadaran beragama bangsa Mesir dan membangun kehidupan mereka yang sesuai dengan ajaran Islam, serta untuk melepaskan dari penjajahan Inggris, maka Hasan Al-Banna mendirikan organisasi ini. lihat Islam Garda Depan, Op Cit. hal 57-85
Mhd. Syahnan, A Studi of Sayyid Qutub's, Qur'an Exegesis in earlier and Later Editions of his fi Dzilal Al-Qur’an with spesific reference to selected themes, (Institut of Islamic studies, Mc Gill Montreal, Canada, 1997
Dalam masalah sihir ini, Qutb membantah dengan keras bahwa Qur'an itu sihir.
Lihat Fahd Ar-Rumi, Juz III hal 997
Manna' al-Qathan, Mabahits fi ulum al-Qur’an 514
Shubhi Shalih, Mabahits fi ulum al-Qur'an, hal 394, 1990 Sedang jika kita membaca analisis Jansen, dia menyebutkan bahwa fi Dzilal hanyalah sekedar bentuk ceramah keagamaan. Lihat Jansen, Diskursus Tafsir Al-Qur’an Modern, (Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1997) hal 110.
Fi Dzilal Al-Qur'an, Juz I hal 6
Lihat Juga Fahd Ar-Rumi, hal 999
Ibid hal 998-1050
I4Fi Dzilal Juz 6 hal 3926
ibid, hal 3399
Ibid, juz 5 hal 2836
Shalah Abdul Fathah, Fi Dzilal al-Qur’an dirasah wa taqwim, hal 396, sebagaimana dikutip Fahd ar-Rumi hal 1040
Lihat Fi Dzilal Juz 4 hal 2290.
Fi Dzilal, Juz I hal 6
Untuk lebih jelasnya tentang penolakkan Sayyid Qutub kepada tafsir ilmi dapat dilihat dalam Fi Dzilal juz I hal 181-184.
Fahd Ar-Rumi, Juz III hal 1052
Ibid
Ibid, 1053
Ibid, hal 1054